NYU Abu Dhabi : (Bukan) Sebuah Kegagalan -part 3-

write from your heart – Michael Shaver, Outreach Officer NYUAD

Awal-awal kelas 3 merupakan masa-masa yang sangat menyenangkan. Di dalam angkatan, kita sudah nyaman bergaul dengan siapa pun, kita telah mengenal mereka lebih dekat setelah 2 tahun berjuang bersama. Di sekolah, kita sudah bebas dari tugas OSIS dan program intensif UN belum dimulai. Tentram lah pokoknya.

Tapi bagi saya, justru inilah masa-masa penentuan. Saya harus menyiapkan segala nilai, berkas dan persyaratan untuk masuk NYUAD.

Langkah pertama, Berkas.

Hampir setiap hari saya membuka laptop untuk mentranslate satu-satu nilai rapor ke dalam bahasa Inggris. Lalu hasil terjemahan tersebut harus dilegalisir oleh kepala sekolah. NYUAD ternyata juga meminta keterangan bahwa saya benar-benar siswa IC, karena pada saat mendaftar di system Common Application (sebuah website online seperti PDSS atau SNMPTN di Amerika Serikat) tidak ada nama MAN Insan Cendekia Serpong (ya iyalahh -_-).

surat keterangan siswa IC
surat keterangan siswa IC

Selain itu kita juga diminta untuk meminta surat rekomendasi, sehingga saya meminta ke Guru BK saya, Bu Rini, dan former english teacher saya Ms. Katie Schuff. Saya mendapati beberapa masalah untuk mendapatkan surat rekomendasi dari beliau karena masalah jarak dan komunikasi yang tidak dapat dilakukan secara langsung. Sehingga beliau baru mengirim suratnya 2 hari sebelum deadline. Nice safe, Miss ._.

Untuk mengejar deadline pengisian berkas-berkas, saya tidak jarang meminta izin ke guru untuk tidak mengikuti kelas intensif UN setelah ashar. Sebenarnya waktu malam kosong sih, tapi kondisi di malam hari tidak memungkikan bagi saya untuk mengupload dokumen-dokumen ke website pendaftaran. Tidak lain dan tidak bukan, karena wireless CSA (Center Student Activity, semacam tempat siswa dibolehkan menggunkan laptop) dilahap vampir-vampir internet dari kalangan siswa yang berjibaku mengunduh hal-hal yang mereka kehendaki. You know lah apa -_-

Langkah kedua, Essai

Oh please Lord, don’t let me remember this thing.

Jujur ya, inilah yang bikin bener bener pusing dan sibuk. Kita diminta untuk membuat 2 buah essai dengan topik sebagai berikut.

topik essai pertama
topik essai pertama
topik essai kedua
topik essai kedua

Jadilah saya membawa buku kecil kemanapun saya pergi. Asrama, masjid, sekolah, perpustakaan, kemanapun! Lagi belajar, lagi nganggur, lagi istirahat, kapanpun! Saya terus menulis, mencoba berkontemplasi untuk menjawab satu pertanyaan sederhana: MENGAPA SAYA PANTAS MENJADI MAHASISWA NYUAD. Kita dituntut untuk menjelaskan kenapa kita spesial, kenapa kita lebih dari orang lain tanpa terlihat ada kesombongan dalam diri kita. Kita dituntut untuk jujur, tidak melebih-lebihkan apa yang kita capai. Tidak “membumbui” pencapaian kita sehingga terkesan benar-benar wah, padahal itu palsu.

Syukur, alhamdulillah, suatu kesempatan seorang staf Outreach Officer NYUAD untuk bagian Asia Tenggara, Michael Shaver, menyempatkan diri untuk datang ke IC. Beliau menjelaskan kepada audience tentang NYUAD dan segala kelebihannya, cara mendaftar kesana, dan kiat-kiat yang harus dilakukan. Penjelasan beliau bisa menghilangkan kebingungan saya yang hanya mempelajari NYUAD dari website dan brosur saja. Di akhir sesi, beliau berkenan memberikan  essay writing wokshop dimana ia menjelaskan cara menulis essay yang bagus. Di akhir sesi dia mengajarkan kami untuk menulis essai kita dari hati, gausah dibuat-dibuat. Jangan pernah melebih-lebihkan pengalaman kita, kita bumbu-bumbui biar keliatan JEGER, karena mereka pasti bisa merasakan manipulasi itu. It won’t worth you a thing.

Presentasi dari Staf NYUAD, Michael Shaver
Presentasi dari Staf NYUAD, Michael Shaver

Langkah ketiga, Nilai.

To be eligible as an NYUAD applicant, the possession of SAT and IELTS score is imperative. So I registered my self for IELTS in November (held at KAPLAN, BSD Junction).

Pasa saat itu saya tidak sendiri, ada juga teman saya Reyhan Daffa (superstar angkatan saya, dia keterima di STEI ITB dan FK UI namun melepaskan keduanya karena keterima di IMAC-U Tohoku University. You da real MVP ._.) yang ikut tes di hari yang sama. Saya melakukan kesalahan cukup fatal sebenarnya. Pada bagia  writing section, saya mengisi jawaban soal A di lembar jawaban B, begitu sebaliknya. Namun alhamdulillah, setelah saya berusaha mengkomunikasikan dengan pengawas, she said she’d handle the problem.

Alhamdulillah, saat pengumuman muncul, saya mendapatkan overall band score 7.5 dengan rincian Listening 7.5, Reading 8.0, Writing 7.0 dan Speaking 7.5

Mendapat Overall Band Score 7.5 | itu fotonya beler banget -_-
Mendapat Overall Band Score 7.5 | itu fotonya beler banget -_-

SAT : My First Girlfriend

Selanjutnya, saya harus moving on ke you-know-who-test yang sebenarnya saya agak males nyebutnya juga -_- ya gimana ya…tes yang satu ini emang bikin saya bener-bener, ah sudahlah…

Hello there my dear SAT! Yeah you, SAT!!!

SAT itu singkatan dari Scholastic Aptitude Test, semacam UN di negara AS. Tapi bedanya, kamu bisa ambil SAT ini tiap bulan, dan SAT tidak hanya diadakan di AS, tapi juga di kantor-kantor internasional di beberapa negara termasuk Indonesia. SAT secara umum dibagi menjadi 2 : SAT General Test (Reading, Writing, and Math) dan SAT Subject Test (Physics, Biology, Chemistry, US History, French, etc.). Karena saya anak IPS dan di NYUAD mau ambil jurusan Political Science, maka saya mengambil SAT General Test.

Saya cukup beruntung untuk memiliki kakak kelas yang sangat berbaik hati dalam membantu saya meraih cita-cita kuliah di NYUAD. Si kakak kelas ini meng”hibah”kan buku SAT Princeton Review miliknya, yang saya tahu harga buku tersebut tidaklah murah.

buku yang saya dapatkan gratis, pacar pertama saya di IC
buku yang saya dapatkan gratis, pacar pertama saya di IC

Jadilah saya gagal menjomblo selama 3 tahun di IC; saya mendapat pacar baru! Perkenalkan, namanya Ms. SAT. Pacar saya ini selalu ada di sisi. Di sekolah, di asrama, di masjid, di studio RTV pokoknya dimanapun dan kapanpun lah. Di saat pelajaran lagi kosong, bukannya saya belajar materi UN, tapi materi SAT lah yang terus saya dalami. Bahkan saat sesi break shooting pas jaman-jamannya lomba Olimpiade Indonesia Cerdas (OIC) di Rajawali TV, Ms. SAT ini tidak pernah rela ditinggal saya; sempet-sempetnya saja buku ini saya pegang.

Selain latihan dari buku itu, saya juga kerap kali “mengusik” guru bahasa Inggris saya, Miss Putri, untuk mengoreksi latihan essai saya. Jadi pada sesi writing, kita akan diberi sebuah topik untuk menjadi dasar essai kita. Sebenarnya menulis essai itu bukan perkara yang begitu susah. Namun masalahnya itu, kita hanya punya waktu 25 menit untuk menulis. Wong buat nulis essai sehalaman aja saya bisa menghabiskan seminggu sendiri -,-

Maka tibalah saya di hari tes, 11 Oktober 2014.

Di hari-hari sebelumnya, saya terus meminta doa dari teman-teman, adik kelas, dan guru saya. Saya mem-post semacam tulisan “Minta doa yaaa” dia tiap greenboard asrama. Pada hari itu, saya harus berangkat benar-benar pagi, namun saya rempong sendiri menyiapkan barang-barang yang harus saya bawa. Di tengah keriwehan pagi itu, saya menemukan ini di meja belajar, saat saya hendak menyiapkan alat-alat tulis:

spirit-booster kitkat
spirit-boosting kitkat

Asli saya seneng banget, di detik-detik terakhir sebelum tes, masih aja ada yang ngasih semangat. Yosh! Abang harus berjuang dengan sebenar-benar perjuangan!

Tempat tes yang saya pilih adalah, British International School. Selain karena lokasinya yang dekat IC, di sekolah ini ada orang tua teman saya yang bekerja sebagai guru, wow! Sepertinya, saya datang terlalu pagi, sehingga saya agak nganggur pagi itu. Walau test venue-nya di negara sendiri, saya merasa sangat terasing; sedikit sekali kaum pribumi yang mengikuti tes SAT ini. Without being racist, tapi saya merasa sedikit terintimidasi dengan rombongan pelajar chinese yang berbondong-bondong mengikuti tes ini. Kalau pun ada yang bukan chinese, ya bule atau engga orang India.

Tempat tes SAT, BIS Bintaro
Tempat tes SAT, BIS Bintaro

Alhamdulillah, saya bisa ketemu 1 orang pribumi, seorang siswi dari SMAN 3 Jakarta. Setelah mengobrol sebentar, saya mulai bertanya

“Lo emang mau narget skor berapa”, tanya saya penasaran, dari nilai sempurna 2400, nilai berapa yang ia pasang.

“Paling sekitar 1000-1100 saja”, sahutnya

Saya jelas kaget. Saya pribadi menargetkan skor minimal 2000 ke atas agar bisa keterima di NYUAD, walau menurut Ms. Putri belum ada siswa IC yang pernah mencapai angka segitu. Ternyata si siswi ini ingin melanjutkan kuliah di AS melalui jalur prestasi olahraga tennis. Jadi nilai SAT hanya digunakan sebagai semacam syarat berkas saja, tidak begitu berpengaruh terhadap seleksi beasiswa.

2 of my precious, one from Fadhilah and the other from Kukun. 2 artefak ini setia menemani saya sembari menunggu tes dimulai
2 of my precious, one from Fadhilah and the other from Kukun. 2 artefak ini setia menemani saya sembari menunggu tes dimulai

Setelah menunggu sekitar 1 jam, saya pun masuk ke ruang ujian. Di awal, si pengawas menjelaskan peraturan tes yang menurut saya cukup ketat. Setelah rampung, kita pun dibagikan soal dan kita mulai menulis essai selama 25 menit. Saya cukup lemot dalam mencerna topik essai dan membuat outline yang runut. Saya pun pasrah menulis apa adanya yang ada dalam pikiran. Beranjak ke reading, saya kaget melihat begitu banyak vocab yang tidak dikenal. Saya pun pulang dari tempat tes dengan wajah lesu

Setelah menunggu deg-degan selama 3 minggu, hasilnya pun keluar

Saya hanya mendapatkan nilai 1800 dari 2400 (nilai sempurna)
Saya hanya mendapatkan nilai 1800 dari 2400 (nilai sempurna)

Saya sangat kecewa dengan hasil ini. Selain karena waktu yang telah saya habiskan, untuk megikuti tes SAT ini kita harus merogoh kocek sekitar 1,5 juta-an. Dengan nilai 1800 saya tidak akan mungkin lolos ke NYUAD, yang para pendaftarnya adalah para genius dari puluhan negara dengan nilai SAT diatas 2000.

Tapi saya tau, bahwa tiap bulan kita bisa mengambil tes SAT. Maka saya langsung mendaftar untuk mengikuti tes SAT pada bulan Desember di tempat yang sama. 6 Desember 2014, saya akan menaklukanmu, sayang!

Kali ini saya tau bahwa saya tidak bisa belajar SAT secara otodidak. Sekonyong-konyong saya mencari tempat-tempat les SAT di daerah Jabodetabek. Di area terdekat, saya menemukan bahwa KAPLAN BSD ternyata juga menawarkan les SAT. Namun melihat harga yang suangat mahal dan lesnya menghabiskan waktu 6 bulan, saya harus mencari tempat lain. Saya pun teringat bahwa teman saya, Fadhilah, pada waktu liburan naik kelas, mengikuti les SAT di Pondok Indah. Dari testimoninya, ia tampak sangat puas dengan pengajaran sang guru. Walau harganya ga lebih murah, tempat ini bersedia mengajarkan secara intensif dalam 6 pertemuan saja. Without hesitation, I tried to convince myself that this is the right place!


PONDOK INDAH: Refreshment Tiap Minggu

Selesai proses pembayaran dan registrasi saya berhak untuk mengikuti les hari pertama. Pada hari pertama saya mengikuti semacam tes matrikulasi untuk mengetahui kemampuan saya. Hasilnya? Saya mendapatkan score 1580 dari 2400 T_T Maka saya pun diminta untuk sangat giat, karena target saya terbilang cukup tinggi.

Oh iya, saya bahkan lupa mengenalkan tempat kursus dan gurunya. Nama tempat lesnya adalah SAT JAKARTA dengan pemilik sekaligus pengajar tunggalnya, Miss Aynih. Saya tidak tahu IQ orang ini berapa, tapi dia super kece.

Ms. Aynih, founder and owner SAT Jakarta

  Dia mengambil S1 di  University of Winconsin-Madison dengan gelar BS dalam biokimia dan mengambil S2 dengan gelar Master di bidang Teknik Kimia di Universitas Columbia! Dia telah bekerja sebagai peneliti di SUNY Brooklyn, Ayerst Wyeth farmasi, dan Genome Columbia Center. Kecenya lagi, saat dia di Amerika, dia udah dilatih sama Princeton Review dan pihak-pihak yang membuat soal SAT itu sendiri!

Jadi, setelah berdialog dengan kepala sekolah, saya diizinkan untuk keluar dari kampus MAN Insan Cendekia setiap hari minggu. Dari situ saya akan dijemput supir saya menuju tempat les SAT JAKARTA di Pondok Indah. Dimanakah tepatnya? Saya awalnya juga agak kaget sih, ternyata tempat lesnya itu di rumah Ms. Aynih sendiri!! Kebayang gak sih, habis dia ngasih kita soal latihan terus dia bilang “Saya keluar dulu ya…” terus dia malah tiduran di kasurnya. Enaknya kerja di rumah sendiri yaa -_-

Surat izin untuk keluar asrama setiap hari Minggu
Surat izin untuk keluar asrama setiap hari Minggu

Si Miss Aynih ini sangat gigih mengajar kami, 6 orang yang belajar bersama saya (once again, mostly Chinese). Beliau juga sangat tegas, mukanya cukup mengintimidasi ._. tiap sesi pasti kita dikasih PR. Kita benar-benar dibuat mandiri, kalau ga dikerjain ya rugi di anda, si gurunya tidak akan marah.

Kalau menurut saya tantangan terbesar dari latihan SAT adalah bagian Reading. Karena pada bagian tersebut, akan terdapat soal-soal untuk mengetes kemampuan vocab kita. Dan vocab yang diujikan bukan vocab ecek-ecek, tapi vocab-vocab macam yang digunakan Shakespeare yang mungkin orang Amerika sendiri sedikit yang tahu. Syukur, Ms. Aynih ini dengan telaten menyortir vocab-vocab mana saja yang sering keluar, jadilah ia membuat buku berisi 200 vocab yang paling sering keluar di SAT. Fiuh, saya ga harus ngafal kamus ternyata -,-“

Hayooo..pada faham gak arti vocab-vocab itu?
Hayooo..pada faham gak arti vocab-vocab itu?

Setelah mengikuti les selama 6 kali, saya pun melakukan semacam Try Out terakhir. Alhamdulillah saya mendapatkan skor 1960, sedikit lagi menuju skor 2000 lahh. Saya masih punya waktu sekitar 1 pekan sebelum Hari H Tes, 6 Desember 2014. Saya pun memfokuskan pikiran saya pada tes SAT ini. Walau saat itu adalah minggu-minggu UAS, tapi Ibu Kepala Madrasah berbaik hati untuk mengizinkan saya mengikuti tes. Saya pun optimis bisa mencapai target saya. Bon Courage, Comrade!!

Pada Hari H tes, saya melakukan prosedur tes sebagaimana yang pernah saya alami sebelumnya pada 11 Oktober 2014. Kali ini, cukup banyak orang pribumi yang ikut, terutama dari SMA Kharisma Bangsa. Kata mereka, sekolah mereka memang memrogamkan tes SAT ini bagi seluruh kelas 3. Kali ini, saya merasa lebih lancar mengerjakan soal. Walau masih banyak cacat sana-sini, terutama bagian pengisian vocab-vocab, saya yakin bisa mendapat minimal 2000. Saya pun tidak merasa begitu grogi, karena ada 2 teman saya, Hilmi dan Marwah, yang mengikuti tes SAT namun bukan General Test, mereka mengambil Subject Test.

Selesai tes, saya merasa cukup lega. Sekarang saya bisa memfokuskan diri menyempurnakan nilai akademik saya di Semester 1 dengan berjuang habis-habisan di UAS. Saya juga bisa mulai merampungkan essai-essai saya dan segala dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran NYUAD (surat rekomendasi, slip gaji orang tua, dll.)

Masih ada waktu 3 minggu sebelum pengumuman nilai SAT, dan ada sekitar 1,5 bulan sebelum pengumuman siapa saja yang akan berangkat ke Candidate Weekend NYUAD. Masih ada waktu untuk menyisipkan doa terbaik saya di tiap sujud. Masih ada waktu untuk beribadah, berdoa, memantaskan diri agar Allah ridho dengan cita-cita ini. Tapi untuk sekarang, saya harus mengistirahatkan diri. Waktunya libur semesteran! Waktunya saya pergi ke Lampung, berkunjung ke rumah teman saya!

4 thoughts on “NYU Abu Dhabi : (Bukan) Sebuah Kegagalan -part 3-

  1. Assalamualaikum. Halo ka gilang. Ka aku suka banget baca pengalaman kaka diatas. Terus share perkembangannya ya kak! Inspiratif banget cerita kakak. Semangat terus yaa ka gilangg pasti sukses kok kaa^^

  2. Assalamualaikum. Halo ka gilang. Ka aku suka banget baca pengalaman kaka diatas. Terus share perkembangan ceritanya ya kak! Inspiratif sekali pengalaman kakak. Tetap semangat ya kak pasti sukses kok kak^^

Leave a reply to salwazzhrr Cancel reply